UMUMNYA negara-negara tetangga dapat meningkatkan kesejahteraan
lebih baik. Negara jiran Malaysia indeks kesengsaraannya tercatat 8,9,
Thailand 6,9, Singapura 8,8, dan India 15,1, Pakistan 26,4, dan Turki
20,9.
Dari data yang ada, indeks kita 19,47, hanya lebih baik dari
Pakistan dan Turki pada pada 2008. Dibandingkan tiga negara di kawasan
ASEAN, tahun lalu kualitas kehidupan bangsa Indonesia masih di bawah
negara Malaysia ataupun Thailand.
Masalahnya menjadi semakin mengkhawatirkan karena kita sedang
dilanda krisis ekonomi global yang dampaknya bisa lebih besar dan lama.
Apalagi tahun ini merupakan tahun pemilu dan kita mesti menjaga agar
jangan sampai terjadi politisasi kebijakan ekonomi ataupun anggaran
untuk kepentingan partai.
Dengan utang yang sudah besar dan akan meningkat lagi, serta tingkat
kesengsaraan masyarakat yang tinggi, tidak perlu ditambah dengan
masalah lain, sehingga dapat meningkatkan kesengsaraan masyarakat pada
masa mendatang.
Sejauh ini, kebijakan ekonomi yang sering responsif, populis, namun
tidak menyelesaikan masalah mendasar ekonomi bangsa ini tidak dapat
mengangkat kualitas hidup rakyat.
Sementara itu, menurut ekonom Sri Adiningsih dari UGM, angka indeks
kesengsaraan Indonesia memang naik turun selaras dengan kondisi ekonomi
dan kehidupan masyarakat.
Dengan menggunakan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan Bank
Indonesia (BI), indeks kesengsaraan Indonesia sebesar 19,09 pada 2002,
merosot menjadi 14,66 pada 2003. Itu berarti pada masa-masa itu tingkat
kesulitan hidup masyarakat menurun.
Pada 2004, seiring dengan adanya pemilu yang menimbulkan pemanasan
suhu politik, nilainya agak naik menjadi 16,24. Pada 2005, meski
kondisi ekonomi sudah pulih dari krisis dan harapan masyarakat terhadap
kehidupan yang lebih baik tinggi, indeks kesengsaraan hidup justru naik
tajam menjadi 28,33. Ini disebabkan naiknya harga BBM lebih dari 100%
saat itu. Demikian juga jumlah pengangguran yang naik.
Pada 2006 dan 2007 angkanya sempat turun menjadi 16,90 dan 15,69.
Namun, pada 2008 angkanya naik lagi menjadi 19,47. Jelas ini bukan
perkembangan yang baik bagi kehidupan masyarakat. Sebab, tingginya
angka tersebut menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat Indonesia semakin
sengsara.
Kondisi ekonomi ini menunjukkan ada yang salah dengan pengelolaan
ekonomi kita. Memburuknya kualitas kehidupan masyarakat perlu kita
sikapi. Indonesia harus mengubah kebijakan ekonomi agar mampu mengatasi
masalah kesengsaraan serta bisa meningkat pada masa mendatang. Jangan
sampai kualitas hidup masyarakat memburuk lagi.
Sudah saatnya kita bersama-sama bekerja agar jangan lagi mengulang
berbagai kesalahan dalam pembuatan kebijakan yang dapat meningkatkan
kesulitan dan derita masyarakat.